Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » TITO DI NH HOTELES NEGERI BELANDA

TITO DI NH HOTELES NEGERI BELANDA



Apakah sebuah buku harus tebal? Apakah mungkin sebuah hotel, rumah sakit bersalin, restoran, sekolah misalnya, menerbitkan sebuah buku bacaan? Jawabannya: mungkin dan sangat mungkin.

Tempat menginap saya tatkala melawat ke Negeri Belanda, NH Hoteles namanya, memberikan contoh yang konkret. Di sisi tempat tidur selalu disediakan buku bacaan kecil, bedside stories, yang diterbitkan oleh pihak hotel itu sendiri.

Hebat! Pantas diacungi jempol. Karena selain bisa dibaca sambil tiduran santai, juga kelak boleh dibawa pulang alias gratis. Dan ternyata hadirnya buku saku itu amat berguna. Saat suatu malam saya mengalami kesulitan tidur, The Fish of Bitterness karya Fernando Aramburu, salah satu di antara tiga cerpen dalam buku tersebut sanggup menghalau kesepian yang menyungkup hingga akhirnya membuat mata terlelap.

Dua Cerita Cinta, judul buku saku ini bolehlah dianggap mewakili gagasan yang sama. Di sisi lain, dapat pula dipahami sebagai upaya pembangkitan minat baca. Jika sebuah buku tebal langsung membuat orang keburu ogah-ogahan, bisa dicoba dengan menawari buku-buku mungil yang sepintas enak dipandang.

Sekali lagi, ini adalah sebuah upaya. Jika orang Belanda bisa melakukan, kenapa kita tidak? Dan kapan dimulai? Yang terbaik ya sekarang! Mau kapan lagi?
Nah, akhirnya selamat membaca dan selamat mancoba.


Sragen, 10 Juni 2009.
Daniel Tito.

Dikutip dari buku kenangan untuk para tamu, pengantin:
Naomi Ratna Adiyati & Iman Setyo Nugroho, Balai Kartini
Sragen, 18 Juli 2009.


Komentar Suparto Brata (tamu):

Budayakanlah putra bangsa Indonesia membaca buku dan menulis buku. Budayakanlah sejak sedini mungkin setidaknya selama 12 tahun usia sekolah, dari klas 1 (SD) s/d klas 12 (SMA). Jadikanlah kurikulum awal sekolah 12 tahun sebagai sistem pembudayaan putra bangsa membaca buku dan menulis buku. Membudayakan putra bangsa Indonesia membaca buku dan menulis buku inilah yang belum dikerjakan oleh bangsa Indonesia, yang lenyap sejak Kurikulum Pendidikan Nasional 1975. Sedang di Negeri Belanda, Amerika, Jepang, membudayakan membaca buku dan menulis buku sejak masuk sekolah awal sudah menjadi sistem untuk mencerdaskan bangsa dan mengubah takdir dari primitip menjadi modern. Hanya bangsa (orang) yang berbudaya membaca buku dan menulis buku bisa menikmati hidup modern. Berbudaya membaca buku dan menulis buku adalah instrumen atau kiat manusia untuk hidup modern, mengikuti kemajuan sejarah zamannya. Kalau putra bangsa Indonesia (lulus SMA) semua sudah berbudaya membaca buku dan menulis buku, maka segala upaya mengadakan buku bacaan, tebal atau tipis, mahal atau murah, di perpustakaan ataupun di hotel dan restoran, tentu akan dilahap oleh mata baca putra bangsa Indonesia, dan putra bangsa Indonesia jadi pintar, bijak, berperadaban tinggi, modern dan tidak ketinggalan zaman, kaya seperti halnya bangsa-bangsa yang maju. Tidak lulus UAS pun bisa hidup sehat nuraninya, akhlaknya, maupun sosial-budayanya. Kekuasaan maupun kekayaan materi bukan lagi tujuan hidup utama. Tetapi kalau tidak ada upaya membudayakan putra bangsa Indonesia membaca buku dan menulis buku, buku kecil seperti kenangan untuk para tamu pengantenan Naomi Ratna Adiyati & Iman Setyo Nugroho pun tidak akan dibaca. Sia-sia. Jadi kapan dimulai membudayakan membaca buku dan menulis buku sejak klas 1 SD s/d klas 12 SMA? Yang terbaik ya sekarang. Tahun pelajaran/pengajaran baru. Nanti, baru 12 tahun kemudian, Presiden SBJ sudah tidak jadi presiden lagi, sudah diganti dua periode presiden lagi, baru putra bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern, cerdas, berbudi luhur dan berperadaban tinggi. Berubah takdirnya dari primitip/bodoh dan miskin menjadi pandai dan optimis terentas dari kemiskinan. Kalau mulainya membudayakan membaca buku dan menulis buku tertunda, maka kemakmuran merata bangsa pun tertunda. Siapa pun dan kapan pun mereka yang hidup tanpa punya budaya membaca buku dan menulis buku, sepanjang hidupnya akan terlunta-lunta, tidak menunaikan hidup makmur pada zamannya.

Tags:

0 comments to "TITO DI NH HOTELES NEGERI BELANDA"

Leave a comment