Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » Penjaga Sastra Jawa

Penjaga Sastra Jawa

Meski usianya sudah senja, dia berusaha sekuat tenaga agar karya-karyanya bisa dicetak ke dalam buku. Atas kegigihannya itu, dua bukunya, Trem (2000) dan Donyane Wong Culiko (Dunia Orang Licik) (2004), telah mendapatkan hadiah dari Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikan Ajip Rosidi.

Bagi Suparto Brata, Rancage adalah penghargaan karya sastra daerah yang paling bergengsi. Menurut dia, derajat Rancage lebih tinggi dibanding penghargaan yang diberikan oleh wali kota atau gubernur. "Meski hadiahnya hanya Rp 5 juta, nilai Rancage melebihi hadiah uangnya," kata Suparto kepada Tempo, Selasa (15/2).

Dengan Rancage, kata Suparto, pengarang terpacu untuk menerbitkan buku. Menurut dia, sebelum ada Rancage, pengarang Jawa hanya puas jika karyanya dimuat di majalah atau surat kabar. Padahal jumlah media massa berbahasa Jawa sangat terbatas. Majalah Jawa yang kini masih bertahan adalah Panjebar Semangat, Jaya Baya (Surabaya), dan Jaka Lodang (Yogyakarta).

Sebelum ada hadiah Rancage, Suparto memang sudah sejak lama bergelut dengan sastra Jawa. Langkah Suparto menulis sastra dimulai pada l959. Pada 1962, karyanya berjudul Tanpa Tlacak dimuat majalah Panjebar Semangat. Suparto mengakui, ketertarikannya pada sastra Jawa karena sering membaca Panjebar Semangat dan diilhami novel detektif yang dibacanya. "Salah satunya adalah novel Agatha Cristie," ujarnya.

Sejak itu, karya-karyanya terus mengalir. Naskah cerita pendek dan novel, dalam bahasa Jawa atau Indonesia, lahir dari tangannya. "Dia pengarang yang sangat produktif," kata Budi Darma, sastrawan kondang asal Surabaya. Disebut produktif karena, selain karyanya banyak, Suparto mengerjakan naskahnya di sela-sela waktu luangnya sebagai pegawai Kantor Telegrap (l952-l960), Perusahaan Dagang Negara Djaya Bhakti (1960-1967), dan pegawai Humas Pemerintah Kota Surabaya (l971-l988).

Pada l968-l988 dia juga menjadi wartawan lepas di beberapa surat kabar. Keahliannya menulis juga diwujudkan dalam membuat buku sejarah yang dikerjakan dengan sejumlah pengarang di Surabaya. Setidaknya, Suparto ikut terlibat dalam penyusunan buku Pertempuran 10 November 1945, Sejarah Pers Jawa Timur, dan Sejarah Panglima Brawijaya. "Saya menulis artikel setelah pekerjaan utama saya selesai," pria kelahiran Surabaya [ada 1932 ini menambahkan.

Berkat keuletannya, Suparto telah menghasilkan 103 karya, termasuk cerita bersambung berbahasa Indonesia, Gadis Tangsi (l991) dan Kremil (l994). Novel Kremil, selain dimuat bersambung di Kompas, juga diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sebelum menulis Gadis Tangsi dan Kremil, pada l980 Suparto juga melahirkan novel Kunanti di Selat Bali yang kemudian mendapatkan hadiah pertama lomba novel majalah Putri Indonesia.

Meski produktif menulis sastra Indonesia, perhatian Suparto terhadap sastra Jawa tak pernah surut. Pada l989-l990, misalnya, dia diminta Arswendo Atmowolito untuk menerbitkan Praba, tabloid berbahasa Jawa di Yogyakarta. Tapi Praba tidak sempat beredar karena Arswendo keburu ditahan terkait kasus tabloid Monitor. Setelah itu, Suparto juga pernah mengelola tabloid berbahasa Jawa milik Jawa Pos. Namun, dia kemudian mengundurkan diri karena media tersebut berubah menjadi tabloid berbahasa Indonesia.

Dengan usianya yang terus bertambah, Suparto sadar tak mungkin bisa produktif lagi menulis sastra Jawa. Karena itu, kini perhatiannya dicurahkan untuk menerbitkan karya-karyanya ke dalam buku. Dan usahanya itu telah terbukti dengan telah selesainya penerbitan buku Donyane Wong Culiko, September, tahun lalu.

Suparto bercita-cita hadiah dari Rancage dari buku Donyane Wong Culiko yang akan diterimanya tahun ini akan dipakai untuk membiayai penerbitan buku pengarang muda dari Surabaya. Salah satu pengarang yang "dincarnya" adalah Sri Setyowati alias Trinil. Pengarang ini dinilai punya kekuatan karena berhasil memasukkan dialek Suroboyoan ke dalam karyanya.

"Jadi salah jika saya dianggap tidak memberikan kesempatan kepada yang muda," kata Suparto. zed abidien (surabaya)

Dari Korantempo.com tgl 28 Februari 2005

Tags:

0 comments to "Penjaga Sastra Jawa"

Leave a comment