Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » Surat dari Mayang

Surat dari Mayang

Kepada
Yth. Bpk. Suparto Brata
Di Surabaya


Dengan hormat,

Perkenalkan,nama saya Mayang umur saya 13 tahun. Saya bertempat tinggal di Jakarta. Sekarang saya bersekolah di SMPN 49 Jakarta kelas akselerasi 9 (hamper lulus). Saya sangat suka membaca buku-buku sastra Indonesia, maka saya menulis surat ini.
Saya menemukan buku karangan Bapak di toko buku Gramedia yang berjudul “Gadis Tangsi”, saya membelinya dan menuliskan tanggal pembeliannya (tanggal 7 Juli 2006). Terus terang, waktu saya membelinya karena tertarik pada covernya. Selain itu, juga karena buku ini adalah salah satu buku yang direkomendasikan oleh Kompas (dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas)

Meskipun kata ibu saya saya belum cukup umur untuk membancanya, saya nekat membelinya . Uang jajan saya dipotong umtuk memperoleh buku “Gadis Tangsi” yang memang harganya cukup mahal. Tidak ada yang mahal untuk buku pikir saya. Maka sejak hari itu saya mengurangi porsi jajan di sekolah. Tapi saya senang, karena novel Bapak sudah berada di genggaman.

Saat saya mempunyai waktu luang, saya segera membaca buku karangan Bapak ini. Saya amat tercengang melihat isinya, gaya berceritanya dan lain-lain. Saya mulai membaca pukul lima sore dan saya bahkan bergeming hingga pukul 11 malam, hingga buku itu mencapai akhirnya.

Saya baru pertama kali menemukan buku yang amat bagus seperti karangan Bapak ini. Gaya Bapak bercerita yang amat jujur dan segar, kata-kata dalam berbagai bahasa dan alur cerita yang amat berombak, membuat saya terkagum-kagum oleh bukunya dan penulisnya. Saya juga bertanya-tanya, bagaimana bisa Bapak menulis dengan begitu mengalir, seolah-olah itu pengalaman pribadi.

Saya tidak bisa tidur membayangkan Teyi, Raminem, Tumpi, Putri Parasi, Ndara Kapten Sarjubehi, Sarpadal dan tokoh lainnya. Saya amat mudah membayangkan kehidupan di tangsi Lorong Belawan karena deskripsi yang Bapak berikan sungguh luar biasa. Saya mulai membayangkan seandainya saya Teyi, Ceplik, ataupun Putri Parasi. Begitu kagumnya hingga sulit untuk di tuliskan betapa besar pengaruh buku itu pada cita-cita dan angan-angan saya.

Sebenarnya, buku Bapak adalah buku sastra Indonesia saya yang pertama. Tapi sejak saat saya jatuh cinta pada sastra negeri ini. Keanekaragaman gaya bercerita dan alur cerita seakan menjadi santapan sehari-hari. Kenapa, karena setelah buku “Gadis Tangsi” habis saya baca, saya mulai menumpuk buku-buku sastra di rumah. Dari buku-buku karangan Pak Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Bumi Manusia”, “Anak Semua Bangsa”. “Gadis Pantai” karangan Pak Nana Riantiarno Primadona, hingga karangan Bapak lagi “Kerajaan Raminem”, sudah tandas saya baca. Sekarang saya sedang membaca buku-buku karangan Romo YB Mangunwijaya. Saya juga sedang berusaha mencari bagian terakhir dari trilogy Gadis Tangsi yang berjudul “Mahligai Di Ufuk Timur”.
Tujuan utama saya menulis ini ialah, untuk berterima kasih kepada Bapak atas buku-bukunya yang begitu indah. Terima kasih atas karya-karya Bapak yang segar, jenaka, tetapi tetap menggugah.

Bertatap muka dengan beruang
Segera pasang muka memelas
Pabila kiranya ada waktu luang
Sudilah Bapak sekedar membalas

Jakarta, 13 Desember 2006

Tertanda


Mayang


Nota Bene:
Saya mendapat nilai tertinggi untuk tugas resensi buku sastra “Gadis Tangsi” pelajaran bahasa Indonesia

Tags:

0 comments to "Surat dari Mayang"

Leave a comment