Haiyaaaa..! Oewe gembila sekali bisa ikut melantjong petjinan kali ini aaa… Soalnya njang peltama sama kedua, oewe tidak bisa ikutan. Tapi tunggu dulu, ini melantjong kok ke kubulan, oewe takuut..!”
“Melantjong Petjinan Soerabaia 3″ diadakan oleh grup Jejak Petjinan, ini adalah yang kali ketiga, tetap unik, menarik, dan nyentrik.
Tujuan pertama adalah tempat pembuatan Batu BongPay “Tjwan Tik Sing” (Nisan Praloyo). Alamatnya ada di Jalan Bunguran, atau kalo di dunia lain, eh dunia maya, www.bongpay.com. Bisa melayani pesanan via online, wkwkwkwk..!Aku juga baru tau, kalo di batu nisan, warna kuning emas menunjukkan orangnya udah meninggal, sedangkan yang masih hidup ditandai dengan warna merah. Nanti kalo yang warna merah meninggal, tinggal ditumpuk dengan warna emas.
Perhentian ketiga, Kuburan Kembang Kuning dan Krematorium Eka Praya. Pembakaran jenasah memakan waktu sekitar 2.5 jam dan memerlukan bahan bakar sekitar 200-250 liter Pertamax, eh, solar.
Mumpung cuaca mendung, lanjut lagi ke Kuburan SimoKwagean. Sebenernya kuburan2 seperti ini juga merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang di Surabaya tidaklah banyak. Bisa berfungsi sebagai paru-paru kota. Mau prewed di sini..?
Perhentian terkahir: Yayasan AdiJasa, tempat persemayaman jenasah & rumah abu. Pelantjong bisa melihat2 abu jenasah yang dititipken di sana.
Waktu sudah menunjukken pukul 1 siang, waktunya makaaann! Sembari makan, pelantjong mendengarken penjelasan Pak Suparto Brata, 78 tahun, seorang pejuang, penulis, budayawan, pemilik website www.supartobrata.com
Diambil dari tulisan Andre Yunior di Kompasiana
Beberapa komentar dari tulisan tersebut diatas :
Masim Vavai Sugianto : Thanks buat reportasenya, saya baca kisah detailnya di blog Pak Parto, kebetulan saya beberapa kali bertemu beliau, pertama kali waktu saya ada tugas kantor ke Surabaya.
http://supartobrata.com/?p=549
Andre Junior : Thanks sudah main2 di sini, memang salut ama Pak Suparto Brata, walau beliau udah berusia lanjut tapi tetap aktif dalam berbagai kegiatan dan tetap menulis buku..
Zulfikar Akbar : Kalo bisa dibikin tulisan khusus tentang Pak Suparti Brata, sepertinya tidak kalah menarik atas inspirasi yang bisa kita dapat darinya. Terima kasih
Andre Junior : Iya mas, sayangnya saya tidak mengenal secara dekat dengan pak Suparto, pertama kali bertemu langsung ya pas acara Melantjong ini namun kalau mau membaca tulisan2nya khususnya tulisan yang sama dengan tulisan saya ini tapi dari kacamata beliau, bisa disimak di http://supartobrata.com/?p=549
hmm ketekunan pak Suparto dalam mempertahankan dan mengembangkan sastra patut diacungi jempol itu yang membuatnya tetap bertahan. meskipun beliau sudah berumur tapi masih suka berpikir dan menulis. patut dicontoh :)