Email dari Darul Aqsha setelah membaca " Mengenang H. Anshari Pejuang Bersenjata Pena"
To: sbrata@yahoo.com
Date: Monday, August 10, 2009, 4:34 PM
E-mail : dayayung@gmail.com
URL : http://www.bt.bn.com
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un,
Terima kasih atas obituari Mas Anshari Thayib. Saya baru tahu bahwa beliau wafat setelah membaca obituari Bapak.
Bagi saya, Mas Anshari adalah guru yg baik dalam bidang jurnalistik di samping Mas Zaenal Muttaqin (Surabaya Post) dan Mas Dahlan Iskan (Jawa Pos).
Saya pertama kali berkenalan dg Mas Anshari saat jadi panitia Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya. Dan semakin intensif bertemu dan belajar saat bergabung dg majalah Muttaqin/Semesta pd 1979.
Waktu saya diterima di UI, saya diminta untuk menjadi koresponden dan menerima penugasan2 dari almarhum. Hingga majalah yg diawaki kaum muda Muslim itu kolaps. Saya kemudian sejenak jadi koresponden Jawa Pos di Jakarta, pindah ke The Jakarta Post. Sejak itu komunikasi kurang lancar. Hingga saya dengar beliau bergabung di Surya dan menjadi anggota PWI/SPS Jatim dan Komnas HAM.
Sekali lagi terima kasih, Pak Suparto. Semoga Allah swt menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala dosa dan kesalahannya.
Sekarang saya bekerja di The Brunei Times. Sekedar info, saya jg adalah penggemar novel Bapak. Waktu di The Jakarta Post, saya sempat membaca beberapa novel Bapak yg diterbitkan Gramedia, dan sempat membuat resensi salah satu buku yg bersetting zaman Jepang.
Harapan saya, semoga Bapak sehat wal afiat dan terus berkarya.
Terima kasih atas obituari Mas Anshari Thayib. Saya baru tahu bahwa beliau wafat setelah membaca obituari Bapak.
Bagi saya, Mas Anshari adalah guru yg baik dalam bidang jurnalistik di samping Mas Zaenal Muttaqin (Surabaya Post) dan Mas Dahlan Iskan (Jawa Pos).
Saya pertama kali berkenalan dg Mas Anshari saat jadi panitia Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya. Dan semakin intensif bertemu dan belajar saat bergabung dg majalah Muttaqin/Semesta pd 1979.
Waktu saya diterima di UI, saya diminta untuk menjadi koresponden dan menerima penugasan2 dari almarhum. Hingga majalah yg diawaki kaum muda Muslim itu kolaps. Saya kemudian sejenak jadi koresponden Jawa Pos di Jakarta, pindah ke The Jakarta Post. Sejak itu komunikasi kurang lancar. Hingga saya dengar beliau bergabung di Surya dan menjadi anggota PWI/SPS Jatim dan Komnas HAM.
Sekali lagi terima kasih, Pak Suparto. Semoga Allah swt menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala dosa dan kesalahannya.
Sekarang saya bekerja di The Brunei Times. Sekedar info, saya jg adalah penggemar novel Bapak. Waktu di The Jakarta Post, saya sempat membaca beberapa novel Bapak yg diterbitkan Gramedia, dan sempat membuat resensi salah satu buku yg bersetting zaman Jepang.
Harapan saya, semoga Bapak sehat wal afiat dan terus berkarya.
Darul Aqsha
Bandar Seri Begawan
0 comments to ""MENGENANG H. ANSHARI THAYIB PEJUANG BERSENJATA PENA ""