Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » Mencari Sarang Angin

Mencari Sarang Angin


Beberapa komentar setelah membaca buku saya yang berjudul "Mencari Sarang Angin"

Marjo :

saya sangat senang membaca novel mencari sarang angin. selama ini saya kira yg berjuang itu adalah mereka yang ikut dalam medan perang. ternyata seorang jurnalis dan penulis pun memiliki peranan yg penting….

sangat menginspirasi sekali..

–Terimakasih–



Vavai :

Saya sudah selesai menamatkan buku Mencari Sarang Angin. Bagus sekali pak. Sayang sungguh disayang mengapa Yayi harus tewas dibunuh kempeitai, padahal saya berpengharapan agar Yayi yang menjadi isteri Darwan, bukan Rokhayah. Saya berandai-andai, setting ceritanya berbelok, saat dalam perjalanan ke pameran, Yayi tak sengaja memeriksa tas dan menemukan emblem yang berbahaya tersebut dan kemudian menginsyafi bahwa Yayi dan Darwan harus lebih waspada.

Saya sampai tidak bisa tidur, kasihan pada Yayi :-). Jadi ingat buku bapak yang Saksi Mata, yang tokoh sentralnya juga terbunuh diawal cerita.

Jika membandingkan buku Mencari Sarang Angin dengan buku Mahligai di Ufuk Timur, saya kok mendapat kesan bapak terburu mengakhiri cerita.
Jalinan kisah diakhir cerita kurang sekompleks dan kurang sehalus diawal dan tengah cerita. Mencari Sarang Angin diakhir cerita misalnya, menjadikan Darwan terlalu lemah dan terkesan kurang menghargai pengorbanan Yayi yang harus meninggal karena disiksa Kempetai. Mohon maaf, ini adalah daya tangkap saya, mungkin bapak punya pertimbangan lain yang saya belum dapat memaknainya.

Oh ya, kalau ada pembaca blog bapak yang datang dari Planet Terasi, itu adalah artikel yang saya tulis tentang bapak. Saya ingin lebih banyak orang yang bisa mendengar, membaca dan mengapresiasi tulisan bapak. Sedikit banyak saya yakin akan bisa membantu Indonesia kearah perbaikan.

Salam Hormat dan Terima Kasih

Tags: