Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » Email dari Ribka Wardhani

Email dari Ribka Wardhani

Dengan hormat,

Nama saya Ribka Wardhani, saya mahasiswa departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Saat ini saya sedang menulis skripsi mengenai majalah wanita yang bernama Kartika.

Sehubungan dengan hal itu, saya berharap Bapak berkenan untuk membantu saya untuk mengetahui beberapa berkenaan dengan penelitian yang saya lakukan:

1. berasal dari bahasa apakah kata Kartika? Apakah benar ini berasal dari bahasa Sansekerta ataukah bahasa Jawa? 2. Selama ini saya mengamati kalau kata Kartika banyak dipakai sebagai nama orang, dan lebih banyak digunakan untuk nama perempuan dibanding laki-laki, kenapa hal ini bisa terjadi, apakah karena kata Kartika punya kesan yang feminin jadi lebih cocok dipakai untuk perempuan. 3. Bisakah Bapak yang terhormat memberikan saya buku yang dapat saya gunakan sebagai sumber referensi untuk mengartikan kata Kartika misalnya ensiklopedia bahasa Jawa atau sumber lain?

Demikian surat ini saya buat, atas perhatian dan kebaikan hati Bapak untuk mau berbagi ilmu, saya mengucapkan terimakasih. Semoga Tuhan YME membalas kebaikan hati Bapak.

Salam hormat, Ribka Wardhani.

Jawaban:
Kartika berasal dari bahasa Sanskerta. Kartika adalah nama bintang. Dalam bahasa Indonesia bintang tadi disebut Bintang Tujuh. Bisa dilihat pada buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka 1997, halaman 448.

Email Sat, 5/23/09, RIBKA WARDHANI


Terimakasih banyak atas jawaban dan informasi yang bapak berikan. Sebenarnya ada satu hal lagi yang mengganjal di hati saya mengenai kata “Kartika”, saya berharap bapak berkenan untuk kembali membantu saya.

Kalau saya tidak salah sejauh pengamatan saya lebih banyak perempuan yang diberi nama Kartika daripada laki-laki, apakah itu barangkali Kartika punya kesan yang feminin jadi lebih cocok dipakai untuk nama perempuan atau ada filosofi tertentu di balik nama itu? (Mohon maaf kalau salah, saya hanya mengira-ngira saja).

Kemudian mengapa Kartika disebut bintang tujuh. Apakah makna dari bintang tujuh? Apakah mungkin itu dihubungkan dengan urutan bintang itu yang menempati urutan ke tujuh? Saya mohon petunjuk dari Bapak. Saya sama sekali tidak memahami mengenai hal tersebut. Terimakasih atas kesediaan Bapak membantu saya.


Jawaban (reply jam 0300)
Wahdhuh, Mbak, kalau soal nama saya kurang paham. Apalagi zaman sekarang. Benda di langit digunakan sebagai nama perempuan memang barangkali ada rasa feminin cocok untuk perempuan, misalnya Wulan Guritno.

Tetapi Damarwulan adalah laki-laki. Saya juga kenal seorang laki-laki bernama Bambang Kartiko, juga laki-laki. Kiper kesebelasan Persija, Hendro Kartiko juga laki-laki. Dulu nama-nama orang Jawa lebih gampang ditandai seseorang itu laki-laki atau perempuan dari namanya. Kalau ucapannya o itu laki-laki, kalau i itu perempuan. Misalnya Suparto laki-laki, Suparti perempuan. Mbak Ribka namanya Wardhani, saya perkirakan perempuan, karena Ribka saya tidak tahu dari bahasa apa dan bagaimana filosofinya. Tapi filosofi Jawa (o laki-laki, i perempuan) seperti itu sekarang sudah tidak berlaku lagi. Kartika bahasa Indonesianya dinamakan Bintang Tujuh, karena itu nama gugusan bintang yang jumlahnya tujuh.

Dalam bahasa Jawa ada gugus bintang yang namanya lintang waluku. Dulu waktu saya masih kecil, para petani di desa akan menggarap sawahnya kalau Lintang Waluku ini sudah terlihat di langit. Waktu kepanduan (pramuka) gugusan bintang-bintang juga kami gunakan sebagai petunjuk arah utara-selatan.

Di tengah laut atau sawah malam hari, lewat gugusan bintang kami bisa mengetahui mana arah selatan dan mataangin lainnya. Jelas sekali, “bintang tujuh” nama gugusan bintang berjumlah tujuh.
Jawaban susulan (siang harinya)

Mbak Ribka yang baik.

Maaf, Mbak. Reply saya tadi pagi mungkin menimbulkan salah tafsir. Maklum saya jawab jam 0300, langsung di komputer ketika mau mengisi web saya. Sepanjang bulan Mei ini saya mengetik kisah yang saya alami pada zaman Jepang di Surabaya, untuk menyambut hari jadi Kota Surabaya ke 716. Kalau panitya HUT dan para pengusaha mall di Surabaya merayakan HUT secara fisik, hura-hura, berbelanja di mall dapat diskon murah, maka saya menyambutnya secara personal (tidak berhubungan dengan panitya HUT) dengan menulis cerita Surabaya zaman Jepang. Itu saya ketik selama bulan Mei setiap jam 0300-0700, semoga dapat saya pasang di website saya sebelum hari jadi Surabaya 31 Mei 2009. La pertanyaan Mbak masih dalam saya sibuk imenyiapkan tulisan Surabaya zaman Jepang itu. Maklum agak rancu.

Jadi begini: Kartika itu bahasa Sansekerta (menurut kamus besar Indonesia) dan berarti nama bintang, yang bahasa Indonesianya bintang tujuh. Mengapa kartika dalam bahasa Indonesia Bintang Tujuh? Karena itu nama gugusan bintang yang jumlahnya tujuh. Yang keliru jawaban saya tadi pagi (mungkin menimbulkan salah tafsir), yang saya jadikan contoh Bintang Tujuh (yang jumnlahnya tujuh) adalah yang dalam bahasa Jawa disebut lintang waluku. Terus terang, nama (gugusan) bintang yang bahasa Jawa saya ragu bahasa Indonesianya. Ada lintang waluku, jaka belek, panjer sore, gubuk penceng, prau. Dalam bahasa Indonesia ada kartika, bintang tujuh, kejora, bintang timur Kalau kartika namanya juga bintang tujuh, merupakan gugusan bintang yang jumlahnya tujuh, maka dalam bahasa Jawa gugusan bintang yang jumlahnya tujuh bukan lintang waluku yang saya jawabkan tadi pagi. Gugusan bintang yang jumlahnya tujuh, pada bahasa Jawa adalah lintang gubuk penceng. Bentuknya gugusan kecil 5 seperti layang-layang atau dangau di tengah sawah yang reyot, agak jauh dari gugusan 5 itu ada bintang bersinar terang 2 buah (jadi jumlahnya 7). Terbitnya di langit sebelah selatan. Juga bisa digunakan petunjuk arah selatan-utara. Jadi sebenarnya orang Jawa sejak dulu sudah menggunakan ilmu perbintangan sebagai tuntunan hidup. Entahlah bangsa Jawa sekarang mengakui atau tidak bahwa nenek-moyangnya sejak dulu menguasai juga ilmu perbintangan (tidak bodoh). Karena generasi muda Jawa sekarang sudah jarang sekali melihat bintang di langit waktu malam, jadi perbintangan Jawa sudah tidak ditengoknya lagi. Itu yang perlu saya betulkan dari jawaban saya tadi pagi.

Email Sun 5/24/09. RIBKA WARDHANI.


Terimakasih Bapak bermurah hati menyempatkan waktu di tengah kesibukan Bapak berbagi ilmu kepada saya di pagi buta. Saya tidak mempermasalahkan dua keterangan Bapak yang menurut Bapak memiliki perbedaan. Bagaimanapun itu sangat berguna buat saya. Saya malah sangat berterimakasih kepada Bapak. Semoga Bapak selalu sukses dengan kegiatan yang Bapak lakukan dan semoga di lain kesempatan saya bisa kembali menimba ilmu dari Bapak baik secara langsung atau via email. Terimakasih.

Tags:

0 comments to "Email dari Ribka Wardhani"

Leave a comment