Novel baru, semangat baru, pandangan baru. Ya …. ditengah – tengah penantian akan pembelian novel Pramoedya, saya coba untuk mengubek – ubek isi lemari perpustakaan Pemkot Surabaya lagi. Pilihan saya kali ini tertuju pada pengarang Suparto Brata. Pernah juga saat mencari koleksi Pram, tangan saya menyentuh novel ini tapi saya urungkan karena tebalnya lebih dari 700 halaman. Tentu ini butuh waktu luang untuk membacanya karena dikejar masa pinjam. Sampai akhirnya seminggu yang lalu saya menemukan lagi bukunya yang memang mudah ditemukan ditumpukkan karena tebalnya itu.
Novel Suparto Brata ini berjudul Mencari Sarang Angin. Kalau membaca uraian singkat dibelakang novelnya maka mungkin orang akan salah kira dengan isinya. Uraiannya mungkin akan dimaknai bahwa buku ini buku berat yang berisi pesan hidup budaya Jawa. Bagaimana tidak kata – kata awalnya saja wani ngalah luhur wekasane. Covernya juga tidak terlalu provokatif seperti buku kebangsaan Pram. Orang mungkin akan bisa juga salah arti ini novel berisi pesan – pesan budaya Jawa. Ternyata, seperti kata pepatah “Don’t Judge a book by the cover”.
Buku ini sungguh memukau. Novel ini tidak hanya bercerita tentang tokohnya Darwan sebagai wartawan. Anda pembacanya dibawa kealam Nederland Indische, satu masa sedikit didepan Tetralogi buru Pramoedya sampai masa – masa kemerdekaan ketika Pram bertutur di Bukan Pasar malam dan juga Sekali Peristiwa di Banten Selatan. Novel ini sungguh lengkap bercerita. Mulai dari dunia wartawan, anda akan diajak berkenalan pada masa – masa penerbitan koran masih serba manual. Bercerita sejarah kota Surabaya dengan lengkap, bagi anda warga Surabaya maka anda bisa ikut merasakan suasana kota itu dimasa lampau. Bercerita tentang budaya sosial masyarakat Surabaya, sehingga anda yang bukan warga, pendatang baru maupun penduduk asli Surabaya dapat menyelami lebih dalam budaya Surabaya. Pencinta sejarah perjuangan bangsa Indonesia di Surabaya maupun Jawa akan terpuaskan disini, ini semua karena mana yang fiksi dan non fiksi sejarah sangat tipis sekali bedanya. Tidak lupa intrik, asmara, pandangan kebangsaan, dan juga pesan – pesan budaya Jawa dijlentrehkan secara apik dan memukau. Kita akan dibuat lupa akan tebalnya buku yang 726 halaman.
Ini semua memang tidak lepas dari pengarang Novel yang memang hidup pada jamannya, bekerja sebagai wartawan, dan sebagai wong Suroboyo. Novel Mencari Sarang Angin memang sudah pernah diterbitkan di koran Jawa Pos sebagai cerita bersambung. Suparto Brata tidak hanya mencipta Mencari Sarang Angin, ada beberapa novel lain yaitu Kremil (2002), Saputangan Gambar Naga (2003) Gadis Tangsi (2004) dan banyak lagi novel sebelum itu. Lain kali ketika saya sudah baca lagi karya beliau yang lain akan saya bagikan perasaan saya. Sehingga bagi pencinta novel dari Pramoedya Ananta Toer bolehlah “melirik” buku ini, tresna jalarane soko kulino.
Diambil dari : The Otherside Vers. 2
Home » Kata Mereka » Suparto Brata, Selingkuhanku dengan Pramoedya
Suparto Brata, Selingkuhanku dengan Pramoedya
Posted by Admin on 21.4.09 // 3 comments
wah kelihatannya menarik nih, besok tak coba liat2 di gramedia.
wah menarik juga, bisa dicoba lain kali
menarik, karyanya memunculkan rasa penasaran yang tinggi