Srawungku Karo Sastra Jawa

Home » » Mahligai di Ufuk Timur

Mahligai di Ufuk Timur

Oleh Irma di Eskrim Strawberry



Udah pernah baca novel Gadis Tangsi dan Kerajaan Raminem ? Di dua buku itu hidup Teyi susaaah banget. Gadis Tangsi bercerita kehidupan Teyi di tangsi Lorong Belawan, waktu ayahnya masih bekerja sebagai serdadu kumpeni. Raminem, ibunya, mewajibkan Teyi bekerja keras agar cita-citanya menjadi kaya tercapai. Semula Teyi mengeluh kenapa ia harus bangun pagi-pagi lalu keliling tangsi jualan pisang goreng, sementara teman-temannya asik bermain-main sepanjang hari. Ternyata gemblengan keras dari ibunya justru membentuk Teyi menjadi pribadi yang tegar, kuat dan mandiri.

Ayahnya meninggal sesaat sebelum Jepang masuk ke Indonesia. Teyi beserta ibu dan adiknya, Tumpi, berusaha pulang ke kampung Raminem di Ngombol. Jauh dan susah perjalanan mereka tempuh dari Sumatra Utara hingga Jawa Tengah. Kehidupan di kampung begitu miskin karena petani wajib setor seperempat hasil panen kepada Jepang. Untung Teyi dan Raminem berhasil menyelamatkan uang dan perhiasan yang mereka kumpulkan selama hidup di tangsi. Harta itulah yang mereka gunakan untuk biaya hidup. Teyi cerdas mengelola uang sehingga akhirnya mereka berhasil memiliki tanah, sawah, dan pabrik beras. Mereka kaya. Cita-cita Raminem tercapai sudah.

Setelah mewujudkan cita-cita ibunya, Teyi merasa sudah waktunya mewujudkan cita-citanya sendiri : menemui Gusti Bandara Raden Mas Kus Bandarkum, kekasih hatinya di istana Jayaningratan Solo. Pertama kali mereka bertemu di Belawan, ketika Ndara Mas Kus berlibur ke rumah bibinya, Gusti Bandara Raden Ayu Putri Parasi Kusumastuti. Putri Parasi yang mendidik Teyi menjadi putri keraton. Beliau juga mengajarkan Teyi baca-tulis, membiasakan Teyi membaca karya sastra dunia, ngadi busana, ngadi salira, dan tatakrama kehidupan keraton lainnya. Siapa yang mengira kalau gadis tangsi itu di kemudian hari menjelma jadi putri keraton. Ibarat ulat bulu bermetamorfosis menjadi kupu-kupu cantik.

Di buku 1 – Gadis Tangsi – Suparto Brata menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa di Sumatra. Mereka tetap berbahasa Jawa (meskipun kasar), berpakaian layaknya orang Jawa (kain dan kebaya), dan kebiasaan orang Jawa lainnya. Pada buku 2 – Kerajaan Raminem – digambarkan kehidupan orang Jawa di pedesaan. Menanam padi, menangkap burung, melatih perkutut untuk dijual atau sekedar kesenangan, naik dokar. Sedangkan buku 3 ini bercerita kehidupan bangsawan Jawa dalam istana. Termasuk filosofi dan aturan-aturan yang dipegang teguh masyarakat Jawa. Baca buku ini irma serasa belajar jadi orang Jawa. Hehehe.

… and they live happily ever after … begitulah kehidupan Teyi dan Ndara Mas Kus di akhir cerita trilogi ini.

Tags:

0 comments to "Mahligai di Ufuk Timur"

Leave a comment